Penulis :
Agnes Davonar
Jumlah Halaman :
307
Sinopsis Buku
Oei
Hui Lan terlahir dengan kemewahan dan kehidupan yang sempurna, ayahnya Oei
Tiong Ham adalah seorang pria terkaya di Asia Tenggara yang disebut sebagai
raja gula asal Semarang. Suaminya Wellington Koo adalah seorang politikus
handal, ia menjabat sebagai menteri luar negeri China yang ikut serta dalam
pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sang ibu yang ambisius berhasil
membawanya bergabung dengan kalangan jet-set di Eropa yang sejajar dengan
keluarga kerajaan di Eropa.
Perjalanan
hidup Hui Lan bagaikan sebuah kisah telenovela yang tidak pernah berhenti
dengan konflik, perselingkuhan dan tragedi kehidupan. Sang ayah, tiba-tiba
meninggal dan menyisakan warisan yang menjadi petaka diantara 8 istri dan 42
anak-anak yang dilahirkan. Warisan yang sejatinya membawa berkah berubah menjadi
pertikaian yang tidak pernah berhenti sampai detik ini.
Sebuah
sejarah kehidupan yang benar-benar membuat kita bertanya apakah kekayaan dan
kehormatan dapat memberikan kita rasa bahagia sesungguhnya.
Kutipan Didalam Buku
Saya bermimpi suatu saat ketika anak-anak saya terlahir, mereka dapat
tinggal di tempat yang berbeda-beda di dunia ini.
Tidak peduli apapun warna kulit dan betapa buruknya wajah mereka, yang
terpenting mereka terlahir untuk dikenal dari perilaku dan wataknya.
Review Buku
Buku
ini membawa kita kembali ke tahun 1899 (zaman jajahan Belanda) di kota
Semarang, Indonesia. Di tahun itu lahirlah seorang anak perempuan yang kelak
akan menciptakan suatu sejarah bagi kota Semarang dan anak perempaun itu
bernama Oei Hui Lan. Sejak kecil Oei Hui Lan hidup bagaikan seorang putri di
negeri dongeng karena ayahnya yang bernama Oei Tiong Ham yang memiliki
perusahaan gula terbesar di Asia itu sangat sayang kepada putrinya itu. Ayahnya
Oei Hui Lan membangun rumah bak istana dengan luas tanah 9,2 hektar di
tengah-tengah kota Semarang, rumahnya bergaya khas Italia dengan lapisan lantai
keramik putih, di setiap ruangan terdapat sekat bambu yang menyerupai istana
kerajaan di China, terdapat 200 ruangan juga ditambah dapur, vila pribadi dan 2
paviliun besar yang biasa digunakan untuk menjadi ruang pesta keluarga, kebun
binatang pribadi dan di ujung tanah belakang dibangun rumah yang diperuntukan
untuk pelayan.
Agnes
Davonar berhasil membawa kita masuk ke dunia Oei Hui Lan yang merasakan
bahagia, kasih sayang yang didapatkan dari kedua orang tuanya, rasa sedih,
senang, dll selama hidupnya. Karena ibunya Oei Hui Lan tidak bisa melahirkan anak
laki-laki maka ayahnya memiliki banyak gundik dan total saudara Oei Hui Lan
adalah 42 orang yang kelak hal ini akan membuat permasalahan harta warisan yang
tak kunjung usai.
Meski
hidup bak putri, Oei Hui Lan tetap mengalami pertumbuhan seperti anak-anak
lainnya. Oei Hui Lan juga mengalami cinta pada pandangan pertama dan patah hati
juga karena pria itu ternyata sudah memiliki istri dan anak. Oei Hui Lan
mencoba melupakan pria itu tetapi ada satu kalimat terakhir dari pria itu yang
tidak akan pernah ia lupakan,
“Layang-layang
akan terbang selama mungkin di langit
namun pada akhirnya ia akan jatuh ke bumi dan menjadi tak berdaya. Kita akan
berpesta selama kita bisa tapi pada akhirnya pesta akan usai dan kita akan
hanya ingat tentang kenangan”
Ibu
Oei Hui Lan berhasil membuat anaknya berada di kalangan jet-set kelas atas
sehingga Oei Hui Lan disebut juga ratu pesta, di pesta-pesta ini Oei Hui Lan bergaul
dengan wanita-wanita bangsawan dari berbagai negara sehingga kedudukannya tidak
bisa dianggap remeh. Di pesta ini juga Oei Hui Lan dijodohkan kepada seorang
laki-laki yang bernama Wellington Koo yang menjabat sebagai menteri luar negeri
China. Meski Wellington Koo berstatus duda beranak dua tetapi ia tetap bersikap
baik kepada Oei Hui Lan.
Setelah
menikah Oei Hui Lan tinggal dirumah sederhana suaminya (Wellington Koo),
sederhana karena rumah itu adalah rumah dinas dari pemerintah China. Oei Hui
Lan yang sudah terbiasa dengan gaya hidup sebagai putri dengan rumah mewah
akhirnya membangun kembali rumah dinas itu dengan uang ayahnya Oei Hui Lan
karena gaji suaminya cukup kecil meskipun sudah di peringatkan oleh suaminya
kalau nantinya tetap akan menjadi milik pemerintah China Oei Hui Lan tetap
membangunnya dengan mewah.
Tidak lama dari renovasi rumah tersebut terjadilah masa krisis yang dirasakan oleh seluruh negara, karena hal ini Wellington Koo yang masih menjabat di pemerintahan harus membantu mengatasi hal ini dan tidak terasa hal ini lah yang membuat hubungannya dengan sang istri (Oei Hui Lan) menjadi renggang dan hal yang paling ditakuti oleh Oei Hui Lan terjadi yaitu sang ayah tersayang harus meninggalkan dunia untuk selamanya. Setelah melewati masa-masa perang dunia kedua yang berkepanjangan dan menguras tenaga Oei Hui Lan yang harus tinggal ke negara lainnya bersama anak-anaknya, Oei Hui Lan tetap harus kembali kepada kenyataan pahit yaitu pembagaian harta warisan ayahnya yang tidak ada habisnya meski sudah dibagi rata.
Buku
novel ini berdasarkan pada kisah nyata sehingga gambaran suasana, pakaian dan
nama-nama didalamnya adalah benar. Alur cerita sangat membuat dan membawa kita
pembaca ke kehidupan tokoh utama (Oei Hui Lan) di zaman itu, kita bisa
merasakan perasaan Oei Hui Lan dari masa kecil hingga besar. Dari buku ini kita
diajarkan bahwa kebahagian tidak selalu memiliki banyak harta dan uang,
kebahagiaan tidak bisa dirasakan dengan sendirinya kecuali mencari dan
mendapatkannya. Bagi penggemar buku kisah nyata dengan alur yang jelas, buku
ini termasuk ke dalam buku rekomendasi yang tepat.
“Berkenalan
dengan kaum Ningrat dan orang-orang berduit tidaklah penting, otak dan
kepribadian lebih. Kita bisa menderita akibat haus kekuasan tetapi kita bisa
mendapatkan kesenangan dari sikap hormat, kesederhanaan dan sifat lurus. Kita
harus menghargai orang-orang lain dan hidup ini”
Rating
Note : Ini hanya rating yang kami berikan yah, Rating bisa naik atau turun yah. Selamat membaca yah ☺❤ Note :Gambar-gambar di ambil dari buku novel aslinya yahh ☺❤ |
No comments:
Post a Comment