Penulis :
Agnes Danovar
Jumlah Halaman :
258 Halaman
Sinopsis Buku
Queeny
Chang atau Tjong Foek Yin lahir pada tahun 1896 adalah putri dari Tjong A Fie,
orang terkaya di Indonesia asal Medan. Dalam buku ini, Queeny Chang berkisah
tentang perjuangan hidupnya sebagai putri orang kaya serta perjalanan hidup
sang ayah dari pemuda miskin kemudian menjadi kaya raya setelah merantau dari
daratan China ke tanah Sumatra dengan hanya bermodalkan uang 10 sen.
Walau
hidup sebagai hartawan, Ayahnya dikenal sebagai sosok dermawan yang masih di
kenang masyarakat luas se-Sumatra hingga tanah Melayu karena kebajikan yang ia
berikan tanpa mengenal suku, etnis dan agama. Seperti acara pesta yang pasti
usai, Tjong A Fie meninggal secara mendadak dan Queeny menyaksikan bagaimana
sejarah bagi mereka yang mengenangnya hingga saat ini.
Kutipan Didalam Buku
“Tidak ada yang bisa mengembalikan indahnya masa lalu walau terkadang air mata mengharapkan kenangan itu kembali di masa depan”
Review Buku
Queeny Chang bernama asli Tjong Foek Yin adalah anak perempuan pertama dari
seorang pengusaha sukses yang bernama Tjong A Fie. Tjong A Fie adalah seorang
perantau dari negeri China. Agnes Danovar membawa kita sebagai
pembaca ke suasana kota Medan pada tahun 1896 dengan gambaran kota Medan dan
lainnya dengan sangat jelas. Meskipun Queeny
Chang lahir dari seorang ayah yang memiliki kesuksesan luar biasa tetapi ia
tumbuh dengan sederhana, Queeny Chang kecil bahkan tidak mengetahui bahwa
ayahnya adalah orang yang memiliki harta berlimpah. Meski sederhana keluarga
Queeny Chang tidak pernah bersikap sombong sehingga ayahnya Queeny Chang
disebut sebagai orang yang dermawan oleh semua orang di kota Medan.
Ibunya Queeny Chang (Lim Koei Yap) adalah seorang wanita yang sangat
mementingkan dunia pendidikan sehingga ia selalu menginginkan anak-anaknya
bersekolah setinggi mungkin, hal yang sulit didapatkan pada zaman itu bagi
seorang perempuan. Karena pergaulan ayah dan ibunya pada orang-orang penting
masa itu, Queeny Chang akhirnya bisa bersekolah di sekolah Belanda dan hal ini
mengharuskan Queeny Chang berpakaian dan berbahasa Belanda. Dari sinilah cikal
bakal seorang Queeny Chang fasih berbahasa Belanda dan memiliki banyak
teman-teman Belanda.
Setelah lulus dari sekolah Belanda usia Queeny Chang sudah pantas untuk menikah sehingga ayah dan ibunya tidak pernah membahas lagi tentang pendidikan tinggi yang mereka inginkan, tetapi mereka menyiapkan Queeny Chang untuk menjadi seorang istri karena sebenarnya tanpa sepengetahuan putrinya tersebut perjodohan dan pertunangan sedang berjalan. Queeny Chang dijodohkan sejak mereka kecil oleh kedua orang tua mereka, pria itu berasal dari China Daratan yang memiliki bahasa Hokkian dan bahasa Inggris. Sehingga Queeny Chang mulai belajar kedua Bahasa itu agar dapat berkomunikasi dengan baik.
Setelah menikah Queeny Chang harus ikut pulang ke rumah suaminya di China
Daratan, meski perjalanan yang sangat jauh suaminya tetap menjaga dan bersikap
baik kepada istrinya (Queeny Chang). Sesampainya di rumah sang suami Queeny
Chang langsung di sambut dengan perayaan pernikahan sesuai tradisi suami dan
keluarganya dengan sangat meriah. Setelah selesai melakukan acara pernikahan
Queeny Chang harus terbiasa tentang cara berpakaian dan bahasa mereka dan lama
kelamaan berkomunikasi akhirnya menjadi terbiasa.
Setelah setahun tinggal di China Daratan, suami Queeny Chang mencoba mencari
peluang bisnis ke kota asal Queeny Chang, yaitu Medan. Bahagianya Queeny Chang
karena bisa kembali lagi ke keluarga yang sangat dirindukan. Disana suaminya
mulai bekerja kepada ayahnya Queeny Chang sebagai manajer bank dan hal ini
tidak di sia-siakan karena terlihat dari hasil kerjanya yang sangat baik. Karena
saran dari beberapa orang, suami Queeny Chang membangun bank sendiri dengan
nama Bank Kong Siong meski sudah diperingati oleh istrinya bahwa saat itu bukan
saat yang tepat untuk memulai suatu usaha di bidang perbankan tetapi suaminya
tetap memulainya tanpa mendengarkan saran dari sang istri dan benar saja bank
tersebut tidak bertahan lama dan bangkrut.
Kebangkrutan bank Kong Siong diikuti oleh krisis ekonomi yang melanda negara
Eropa dan negara-negara lainnya akibat perang dunia pertama sehingga juga
berdampak kepada bisnis ayahnya Queeny Chang, hingga tahun 1920 datang krisis
ini dapat dilewati dengan susah payah oleh ayahnya Queeny Chang. Karena faktor
usia ayahnya Queeny Chang meninggal dunia, prosesi pemakamannya dikuti oleh
banyak orang yang berkumpul dijalan untuk mendoakan pria yang terkenal dengan
sifat baik dan dermawannya itu. Sebelum meninggal ayahnya Queeny Chang sudah
membagi harta warisan untuk istrinya dan anak perempuan tersayangnya tersebut
(Queeny Chang). Hanya satu hal yang belum ia lakukan, yaitu pergi berlibur ke
Eropa dengan semua keluarganya.
Setelah ditinggal selamanya oleh ayah tersayangnya Queeny Chang dan ibunya
mulai memutar otak bagaimana menjalankan semua usaha ayahnya agar tidak
bangkrut tetapi diluar dugaan mereka datanglah masa penjajahan Jepang yang
mengusir semua orang-orang Belanda, Penjajah Jepang mulai merebut perkebunan
dan hal lainnya milik keluarga Queeny Chang yang dianggap berharga sehingga
mereka mengalami masa-masa sulit. Setelah itu muncullah masa kemerdekaan untuk
Indonesia tetapi masa kejayaan dan kebangkitan ayahnya Queeny Chang sebagai
pengusaha sukses harus ditelan mentah-mentah karena order lama yang di pimpin
oleh Soeharto membatasi mereka etnis China untuk melakukan usaha apapun.
Buku novel ini membawa kita kedalam kehidupan seorang perempuan yang lahir
di keluarga kaya dan bahagia. Ayahnya Queeny Chang (Tjong A Fie) adalah seorang
pria pekerja keras dan dikenal sangat dermawan kepada semua orang tanpa
mengenal etnis mereka. Ibunya Queeny Chang (Lim Koei Yap) merupakan seorang
wanita yang berpandangan jauh ke depan tentang pendidikan, pintar bersosialisasi
dan sangat sederhana. Kebahagian seorang Queeny Chang dapat kita rasakan di
dalam buku ini. Selainnya itu di buku ini kita juga dibawa kedalam perasaan
sedih, semangat apa yang terjadi di sana. Kita juga dapat pelajaran bahwa
kebahagian tidak selalu tentang harta yang banyak, berbuat baik tidak harus
memandang etnis tertentu dan kerja keras tidak akan membuat kita rugi. Bagi
kalian yang suka dengan yang berdasarkan kisah nyata kehidupan inilah buku
rekomendasi yang tepat untuk dibaca.
“Kita tidak boleh melupakan masa lalu yang mengajari kita bagaimana bertahan
terhadap segala keadaan yang membuat kita bisa bertahan hingga menuju masa
depan. Agar kita bisa hidup sebagai pribadi yang baik, maka lakukanlah hal-hal
yang baik tanpa harus dengan tindakan
dan perilaku tapi cukup ciptakalah kebaikan bagi mereka yang mengenang
kita dalam kehidupan sebagai sejarah”
Rating
Note : Ini hanya rating yang kami berikan yah, Rating bisa naik atau turun yah. Selamat membaca yah ☺❤ Note :Gambar-gambar di ambil dari buku novel aslinya yahh ☺❤ |
No comments:
Post a Comment