°°°𝗥𝗲𝘃𝗶𝗲𝘄°°° °𝗙𝗶𝗹𝗺 𝗣𝘀𝗶𝗸𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶° °𝗥𝗲𝘃𝗶𝗲𝘄°𝗕𝘂𝗸𝘂 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹° °𝗦𝗶𝗻𝗼𝗽𝘀𝗶𝘀°𝗙𝗶𝗹𝗺 𝗛𝗼𝗿𝗼𝗿,𝗱𝗹𝗹° °𝗦𝗶𝗻𝗼𝗽𝘀𝗶𝘀°𝗗𝗿𝗮𝗺𝗮 𝗖𝗵𝗶𝗻𝗮➡️𝗞𝗼𝗿𝗲𝗮➡️𝗧𝗵𝗮𝗶𝗹𝗮𝗻𝗱° °°°𝗞𝗹𝗶𝗸 𝗹𝗶𝗻𝗸 𝗱𝗶𝗯𝗮𝘄𝗮𝗵 𝗶𝗻𝗶°°°

Responsive Advertisement

°°°

°°°
Powered By Blogger

February 23, 2023

Lotus Feet Girl

 



Penulis                         : Wiwid Prasetiyo

Jumlah Halaman         : 295


Sinopsis Buku

Seorang gadis kecil bernama Wu tak pernah menyangka kehadirannya di istana akan bersambut malapetaka. Istana sebagai tempat terhormat dan hadir dalam benak Wu sebagai taman surga yang indah berubah sejak ia akhirnya harus dipergundik dengan beberapa tradisi yang menyakiti dirinya. Ternyata di dalam istana yang terlihat indah itu bersarang tradisi yang tak manusiawi di mana wanita harus dibebat kakinya dengan sepatu kecil hingga tulang-tulangnya patah karena harus menyesuaikan dengan sepatu kecilnya.

Istana punya pandangan tersendiri tentang kecantikan, cantik itu mungil, cantic itu terlihst dari cara berjalan yang berlenggak-lenggok karena menggunakan sepatu kecil sambal meringis kesakitan. Itulah yang disukai. Akan tetapi, itu merupakan penderitaan tersendiri bagi Wu sebab selama berada di istana itu pulalah sepatu itu harus terus dipakai. Sepatu yang diatasnya terdapat bunga seroja.

Sementara itu, seorang pemuda biasa yang jatuh cinta pada pandangan pertama berusaha menelusuri jejak Wu hingga akhirnya Wu berusaha melarikan diri, mampukah pemuda itu menyelamatkannya? Seorang pemuda biasa melawan penjagaan ketat dan hadangan prajurit-prajurit kekar. Hanya cinta yang akan menguji kekuatan tekad mereka.


Kutipan Didalam Buku

“Jika semua orang berpikir keindahan wanita berasal dari wajah, mereka salah. Bagi kami, keindahan wanita berasal dari cara jalannya yang berlenggak lenggok. Padahal lenggak lenggok iru berasal dari penderitaan, harus menahan sakit karena kakinya yang mengenakan sepatu kecil dan jari jemarinya di tekuk-tekuk sampai patah”.


Review Buku

Novel ini membawa kita sebagai pembaca ke zaman pemerintahan kekaisaran China yang memang cukup terkenal dengan cerita-ceritanya yang melegenda. Di sini kita akan di suguhkan suatu cerita tentang tradisi China yang vukup terkenal dan di percaya hal itu harus di lakukan oleh wanita-wanita China pada zaman dulu. Tradisi itu adalah menekuk telapak kaki wanita sehingga berbentuk bunga lotus, tradisi ini di percaya akan membuat sih wanita lebih cantic karena cara berjalan mereka yang seperti lenggak lenggok dengan kaki mungil yang di balut dengan sepatu ukuran kecil. Sepatu kecil itu memiliki ciri khas tersendiri karena selain berukuran kecil sepatu tersebut memiliki bordiran cantik bunga-bumga di bagian depannya sehingga siapapun yang menggunakannya akan menjadi lebih cantik dan anggun. Tetapi yang tidak di ketahui oleh semua orang yang melihatnya adalah penderitaan sih wanita yang harus di tekuk telapaknya lalu di bebat sepanjang hidupnya bahkan saat berjalan dengan sepatu kecilnya yang cantik. Sih penulis novel ini benar-benar membawa kita sebagai pembaca ke dunia sisi lain dari sebuah tradisi yang di percayai dan di yakini menjadi berkah serta keharusan oleh semua wanita. Tokoh di novel ini bernama Wu Ying.

Wu Ying di cerita ini adalah seorang anak perempuan cantic yang terlahir di sebuah keluarga miskin, karena ibu Wu Ying tidak tega melihat anaknya selalu menderita kelaparan sehingga Mei Yan (Ibu Wu Ying) terpaksa mengajukan anaknya untuk di nikahi oleh Tang Tsu Chi yang menjabat sebagai gubernur. Pada saat itu sang gubernur Tang sedang mencari seorang wanita cantik untuk di nikahi sebagai permaisuri karena permaisuri Giok Liong telah meninggal sehingga sang gubernur kesepian dan menderita, maka oleh karena hal inilah di cari wanita yang berwajah cantik untuk mendampingi sang gubernur. Mei Yang membawa Wu Ying ke pasar malam untuk melihat kemeriahan saja karena Mei Yang tidak mempunyai uang untuk membeli apapun tetapi Wu Ying melihat boneka jerami yang sangat ia sukai sehingga meminta di belikan tetapi karena tidak punya uang terpaksa di tolak oleh Mei Yang. Sih penjual boneka jerami yang merupakan pria muda memberikan secara gratis kepada Wu Ying karena merasa kasihan dan pria muda yang bernama Sui Chen tersebut selalu terbayang wajah cantik Wu Ying hingga akhirnya ia mencoba menunggu di lapak berjualannya terus menerus yang hasilnya nihil hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi mencari wanita cantik tersebut yang pada saat itu pun ia tidak mengetahui siapa namanya.

Setelah melakukan pencarian yang lama akhirnya Sui Chen mendapatkan petunjuk di mana tempat keberadaan sih pujaan hati, yaitu kediaman kelaurga gubernur Tang. Tetapi karena ia terus berjalan hingga ia pingsan dan akhirnya di tolong oleh salah satu juru masak di kediaman gubernur Tang yang bernama Xin Biao yang kebetulan memang membutuhkan juru masak tambahan karena tugas mereka sangat berat tetapi jumlahnya mereka sangat sedikit sehingga Sui Chen diajak untuk bekerja disana, betapa senangnya ia akhirnya sebenentar lagi dapat bertemu dengan wanita pujaan hatinya tersebut. Tetapi yang tidak diketahui oleh Sui Chen adalah betapa menderitanya sang pujaan hatinya dan betapa berbahayanya dirinya sendiri karena Xin Biao belum memberitahukan semua cerita keseluruhan tentang kejadian sebelumnya saat permaisuri Giok Liong meninggal. Ibu suri menutupi kenyataan dengan cerita yang ia karang untuk menutupi keborokan keluarga gubernur Tang. Ibu suri sendiri adalah orang yang sebenar-benarnya menggerakan pemerintahan sang anak (gubernur Tang) karena ia tegas dalam mengambil dan memutuskan apa yang harus di lakukan dan apa yang tidak boleh di lakukan.

Saat Wu Ying masuk ke dalam kediaman gubernur Tang, ia sangat bahagia dan merasa hidupnya akan bahagia tetapi ternayata itu adalah sebuah harapan saja yang tidak akan terkabul. Ibu suri memulai suatu tradisi kepada Wu Ying sebelum ia benar-benar menjadi istri sang gubernur. Tradisi itu di mulai dengan memotong kuku-kuku kaki lalu kakinya di rendam dengan bunga-bunga dan saat itu sang pelayan yang sudah terbiasa melakukan tradisi itu mulai mencabut kuku-kuku kaki satu per satu dan tulang kaki tersebut mulai di patahkan lalu di tekuk ke dalam hingga menyentuh telapak kaki, telapak kaki tadi di tekuk lagi hingga menyentuh tumit dan sentuhan terakhirnya adalah kaki itu kemudian di bebat dengan kain putih yang sangat kuat hingga tekukannya tidak bergeser sedikitpun baru setelah itu sebuah kaos kaki di sematkan di kakinya sebelum nantinya di sempurnakan oleh sebuah sepatu kecil berhias bunga seroja. “Dengan sepatu ini kakimu akan tampak lebih indah”. Wu Ying yang masih kaget dengan kakinya ia mulai memaki dan bertanya-tanya “Bagaimana bisa ia menikmati sepatu indah kalua di dalamnya tersimpan kaki yang menderita, kaki yang kuku-kukunya di cabut dan tulang-tulangnya di patahkan”.

Setelah kejadian itu Wu Ying tetap berada di atas Kasur karena menahan rasa sakit di kakinya bahkan Wu Ying pun pasrah bila ia tidak bisa berjalan kembali. Hari-hari berikutya Wu Ying mulai menerima keadaannya sekarang dan pasrah harus menjadi permaisuri gubernur Tang yang cantik dan anggun dengan mematahkan kakinya. Yang membuat dirinya lebih kecewa lagi adalah sang gubernur tidak sama sekali menolak dan melarang hal ini yang menurut sang gubernur ini adalah suatu tradisi yang harus di lestarikan. Di saat Wu Ying putus asa dan merasa merasa hidupnya lebih buruk dari orang-orang lain yang hidup merana di luar sana, bertemulah kembali ia dengan sang penjual boneka jerami dan mereka mulai berbincang secara sembunyi-sembunyi karena sangat berbahaya bila sampai di ketahui oleh orang lain. Karena hal ini di lakukan secara terus menerus hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan dan Sui Chen mulai mencari cara untuk membawa kabur Wu Ying. Saat Wu Ying mengetahui niat Sui Chen, Wu Ying sangat bahagia dan hidup kemabli tetapi Sui Chen meminta Wu Ying untuk tetap bersabar karena rencana tersebut harus benar-benar matang. Hari pernikahan Wu Ying dengan gubernur Tang akhirnya diadakan dengan mewah dan semua orang boleh datang melihat. Disaat inilah Sui Chen akan membawa pergi Wu Ying saat keadaan panic karena gubernur Tang akan meninggal saat meminum racun yang ada di salah satu makanannya, tetapi apa yang di rencanakan Sui Chen musnah saat sang subernur tetap hidup dan pernikahan telah sah di lakukan.

“Tiba-tiba aku merasa rindu pada kematian, bagaimana seandainya kematian itu datang menghampiri, akan terlepas semua beban, akan terlepas semua penderitaan. Aku akan menjadi orang yang paling berbahagia karena bisa mengakhiri semua masalah yang ada di dunia ini. Bukankah kematian adalah muara dari semua keadilan dan pertanggungjawaban perbuatan? Mereka yang terfitnah dan mati karena fitnahnya akan di balas sesudah mati, Oh…. Betapa aku rindu akan kematian….”.

Dari novel ini kita dapat belajar bahwa keberanian menolak untuk sesuatu hal yang hanya dapat menyiksa salah satu pihak adalah suatu hal yang mutlak di lakukan. Apakah dengan memiliki kekayaan akan membuat diri kita bisa bahagia dan kita dapat belajar juga bila ingin melakukan suatu hal jamgan pernah menundanya. Novel ini bisa di baca oleh semua umur karena kita sebagai pembaca akan benar-benar di bawa ke dalam suatu suasana yang entah mengapa hal ini bisa terjadi. Pembaca akan merasakan kesedihan, kesenangan semu, penderitaan, rasa cinta, dendam dan tidak berdayanya seorang wanita.


Rating


Note : Ini hanya rating yang kami berikan yah, Rating bisa naik atau turun yah. Selamat membaca yah ☺❤


No comments:

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();

°°°

°°°

°°°

°°°

SoraBook

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum rhoncus vehicula tortor, vel cursus elit. Donec nec nisl felis. Pellentesque ultrices sem sit amet eros interdum, id elementum nisi ermentum.Vestibulum rhoncus vehicula tortor, vel cursus elit. Donec nec nisl felis. Pellentesque ultrices sem sit amet eros interdum, id elementum nisi fermentum.




°°°

°°°

°°°

°°°