Penulis : Liem Tjwan Ling
Jumlah Halaman :
283
Sinopsis Buku
Oei
Tiong Ham merupakan sosok pengusaha sukses dan salah satu orang terkaya di Asia
Tenggara pada awal abad ke-19. Di usianya yang ke-24, Oei Tiong Ham telah
berhasil menjadikan dirinya pengusaha terkemuka di bidang palawija dan terutama
gula hingga dijuluki Raja Gula. Enam belas tahun kemudian, Oei Tiong Ham
concern, usaha yang dipimpinnya telah menjadi perusahaan multinasional yang
menjangkau mulai dari Asia Tenggara, Asia Selatan hingga Eropa. Buku ini tidak
hanya menyajikan kehidupan pribadi Oei Tiong Ham, istri dan putrinya yang kelak
menjadi istri duta besar Tiongkok untuk Inggris, Madame Wellington Koo.
Perkembangan
Oei Tiong Ham concern yang menggurita dalam waktu singkat dan masa-masa
kemundurannya juga dituturkan dengan lugas. Lie Tjwan Ling, penulis buku ini
adalah seorang cendekiawan yang menurut Madame Wellington Koo cukup mengenal
kepribadian Oei Tiong Ham. “Mr. Lie sesungguhnya mengenal kepribadian ayah saya
oleh karenanya, tabiat yang sebenarnya dari ayah saya mendapat kenyataannya
dalam karya ini. … satu hal yang menonjol pada Liem Tjwan Ling yaitu beliau
telah menyingkirkan desas-desus dan isu-isu serta macam kata-kata yang
mengandung iri hati yang selalu mengitari laki-laki yang berhasil. Juga beliau
telah memerlukan menggali fakta-fakta yang sebenarnya dan secara menarik sekali
telah disguhkan olehnya di sini”.
Kutipan Didalam Buku
Pepatah kuno mengatakan : “bilamana seseorang memiliki angan-angan dan batin
yang becik, maka maksud dan tujuan angan-angan itu pasti terkabul”
Review Buku
Bagi yang sudah membaca buku Oei Hui Lan pasti sudah mengenal tokoh yang
bernama Oei
Tiong Ham, Oei Tiong Ham adalah ayah dari Oei Hui Lan yang terkenal sebagai
pengusaha gula yang sangat sukses. Kisah inilah yang akan ulas di dalam buku
dengan karya Liem Tjwan Ling, Liem Tjwan Ling membawa kita tahun kehidupan dan
kejayaan seorang raja gula yang terkenal juga memiliki banyak gundik dan anak.
Oei Tiong Ham berasal dari keluarga imigran dari Tiongkok, ayahnya (Oei Tjie
Sien) adalah seorang pendiri firma Kian Gwan dan ibunya (Nyonya Oei Tjie Sien),
seperti anak-anak yang pada umumnya memiliki sifat nakal dan boros begitu pula Oei
Tiong Ham karena sifat borosnya ini ia dimarahi dan dihukum oleh sang ayah
tetapi saat ia dihukum ia membisiki ibunya “bahwa dikemudian hari ia akan 50 kali lebih
kaya dari ayahnya”. Entah itu niat awal yang akhirnya menjadi cikal
bakal seorang Oei Tiong Ham atau hanya emosi sesaat karena disebut pemboros
oleh ayahnya tetapi hal ini menjadi kenyataan dikemudian hari.
Meski ayahnya Oei Tiong Ham terlihat terlalu tegas dalam
mendidik anak-anaknya tetapi ia memiliki pandangan dalam dunia perdagangan
cukup tajam, ia dapat melihat gelagat terhadap anak-anaknya bahwa siapa
diantara mereka yang dapat diandalkan untuk kemudian hari memimpin
perusahaannya sampai turun menurun dan pilihan itu jatuh kepada Oei Tiong Ham
sedangkan anak-anak lainnya diberi tanah-tanah persil yang tidak membutuhkan
kecerdasan dagang. Sebelum ayahnya meninggal Oei Tiong Ham telah sukses dan
memiliki kekayaan sendiri sehingga ia tidak merasa keberatan kekayaan ayahnya
lebih banyak jatuh kepada saudaranya yang lain tetapi ia tetap mengambil
tanggung jawab meneruskan Kian Gwan yang akhirnya berubah nama menjadi Oei
Tiong Ham Concern. Oei Tiong Ham Concern semakin sukses dan berkembang
diberbagai bidang, yaitu gula, kopi, lada, tepung tapioka, karet, biji kapuk
dan lain sebagainya.
Karena
pesatnya Oei Tiong Ham Concern membuka cabang di berbagai daerah di Indonesia
bahkan sampai luar negeri. Di Indonesia Surabaya, Cirebon, Jogja, Solo,
Palembang, Makasar, Manado, Bandung, Malang, Medan dan Pontianak. Pada tahun
1910 kota London merupakan pusat perdagangan dunia sehingga Oei Tiong Ham
Concern dibuka disana da kemudian tahun 1914 diperlukan cabang lainnya yaitu
dibukalah di Singapura. Kegiatan dari cabang Singapura ini terutama merupakan
penjuala gula dari jawa, disampingya terdapat hasil bumi yang lain seperti
kopi, lada, Lombok, kacang tanah, biji sesam dan lainnya, serta mengeksport
kembali dari perdagangan seperti beras, karung goni, gambir dan lainnya.
Setelah itu berlanjutlah pembukaan di negara-negara lain, seperti India,
Thailand.
Saat
sudah berusia 40 tahun Oei Tiong Ham teringat kembali angan-angannya pada usia
28 tahun yaitu memiliki pabrik gula sendiri. Sehingga dimulailah dengan pembelian
5 pabrik gula di berbagai tempat. Saat sudah semakin sukses Oei Tiong Ham
membangun pabrik kembali usaha di bidang Alkohol tetapi berbeda dengan
usaha-usaha lainnya yaitu di dalam Indonesia, kali ini Oei Tiong Ham
membangunnya di Shanghai yaitu negera leluhurnya. Setelah 100 tahun berkembang
pesat mulailah terjadi kemerosotan akibat aturan dari penjanjahan Belanda saat
itu yaitu aturan dalam menjalankan usaha bagi keturunan Tionghoa sehingga
menghambat perdagagang Oei Tiong Ham Concern sehingga naik turunlah
perkembangan penjualan tersebut hingga akhirnya diteruskan oleh anak-anak Oei
Tiong Ham hingga saat ini.
Pada
saat Oei Tiong Ham wafat di mulailah pembagian harta-harta warisan yang sangat
banyak tetapi ternyata sebelum dirinya wafat seorang Oei Tiong Ham sudah mengatur
harta-harta itu seberapa besar akan jatuh kepada anak-anak dan gundiknya
sehingga harapan Oei Tiong Ham bahwa tidak akan ada perebutan harta warisan,
tetapi sangat disayangkan sekali harapan seorang raja gula untuk keluarganya
ini tidak pernah terjadi karena setelah pembagiaan warisan ini banyak
anak-anaknya Oei Tiong Ham beserta gundiknya tidak merasa adil sehingga Oei Hui
Lan sebagai anak dari istri sah Oei Tiong Ham merasa terbebani. Yang
anak-anaknya Oei Tiong Ham tidak tahu adalah seberapa sulitnya ayah mereka
mencari semua itu hingga bagaimana mempertahankannya karena bila salah tindak
Oei Tiong Ham harta-harta itu hanya akan menjadi miliki negara saja.
Kutipan
tulisan dari James Michener, seorang penulis scenario Hollywood dan salah satu
sahabat baik dari putra bungsu raja gula Oei Tiong Ham, “Oei Tiong Hamadalah seorang
Tionghoa pertama di jawa yang memoting kuncirnya, ia telah diberi gelar Mayor,
ia telah membantu menjadikan pulau jawa sebagai salah satu dari kepulauan yang
makmur di Pacific dan ia telah melindungi kerajaannya sampai ia meninggal
dunia, sebuah dunia dikelilingi oleh 8 bintang dan didalamnya adalah kedelapan
putra saya”
Bagi
yang suka membaca buku tentang genre seperti ini sangat cocok sekali dibaca karena
di buku ini kita bisa belajar bagaimana menjadi sukses dari titik nol tanpa
pengetehauan apapun, bagaimana menangani masalah saat terjadi kesulitan dalam
berdagang, bagaimana menilai orang lain dalam hal berdagang, dan yang paling
penting kita akan tahu bagaimana menghargai arti sebuah keluarga dengan
masalah-masalahnya sendiri di dalamnya.
Rating
Note : Ini hanya rating yang kami berikan yah, Rating bisa naik atau turun yah. Selamat membaca yah ☺❤ Note :Gambar-gambar di ambil dari buku novel aslinya yahh ☺❤ |
No comments:
Post a Comment